KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmatnyalah kelompok dapat menyelesaikan laporan kelompok ILMU
DASAR KEPERAWATAN II ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Adapun judul laporan ini yaitu SISTEM KARDIOVASKULER,
Dalam penyelesaian laporan ini masih banyak kekurangan
dan keterbatasan yang kelompok miliki, untuk itu untuk berbagai kritik dan
saran yang bersifat membangun sangatlah kelompok harapkan demi dan untuk pengembangan laporan
ini untuk kedepan.
Harapan kelompok semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya dan sekaligus dapat menambah wawasan kita dalam arti
penting kesehatan.
Makassar,
19 Juni 2012
Kelompok
I
SKENARIO 1
SKENARIO 1
Tn
“N” 54 thn masuk, RS dengan keluhan sesak napas saat beraktivtas yang ringan,
dia mengatakan bila batuk sering disertai dahak yang berbusah serta nyeri. Dia
juga mengatakan sering berdebar – debar, sukar tidur pada malam hari dan
kencing berkurang. Klien juga mengeluh pernah menderita penyakit yang sama dan
sering kumat – kumatan sejak 1 bulan dan
klien juga mempunyai riwayat Aneurisma. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TTV :
T/D = 180/100 mmHg, P = 32 x/m. N = 120 x/m, S = 36,5.
JVP tidak meningkat. Atas Inspeksi = Ictus Cordid bergeser ke lateral bawah,
Palpasi = ictus cordis di ICS VI 2cm lateral kanan di ICS V parasternal kanan,
aukultasi = S1 meningkat, S2 normal, bising pansistolik di apeks dan menjalar
ke lateral, irama gallop (+), paru = rackhi basal halus, pemeriksaan abdomen =
tidak ada hepatomengali dan ascites. Pemeriksaan LAB = HB : 14 gr/dl, serum
ureum : 65, serum kreatinin : 1,4. Pemeriksaan EKG : LVH, LAH,. Foto Polos =
CTR 0,6 apeks kee lateral bawah, kardiomegali, pinggang jantong menonjol.
Analisis gas darah = asidosis metabolic terkompensasi, terdapat thrombus,
embolus.
Step
1
1. Klasifikasi
kata – kata penting
a. Aneurisma m. Embolus
b. Ictus
Cordis n. CTR
c. JVP o. Linea mediaclavikularis
d. ICS p. Perkusi
e. mmHg q. Serum Ureum
f. Irama
Gallop r. Serum Kreatinin
g. Hepotemegali s. Rackhi Basal halus
h. Auskultasi t. LVH
i. Bising
Pasistolik u. LAH
j. Ascites v. EKG
k. Kardiomegali w. Palpasi
l. Thrombus
x. Asidosis metabolic terkompensasi
z. Parasternal
2. Klasifikasi
kata – kata penting
- Gangguan
Sistem Kardiovascular
Step
2
Pertanyaan – pertanyaan penting
1. Uraikan
Fisiologi system kardiovascular !
2. Uraikan
Anatomi system kardiovascular !
3. Sebutkan
ganguan – gangguan pada system kardiovascular !
4. Apa
yang menyebabkan klien sukar tidur pada malam hari dan kencingnya berkurang ?
5. Jelaskan
penyebab klien sesak napas pada beraktivitas ringan serta sering berdebar –
debar !
6. Tentukan
Data subjektif dan Data objektif serta tentukan Diagnosa Keperawatan dan
Rencana Keperawatan !
7. Tentukan
Diagnosa medis pada Tuan “N” dengan tanda – tanda penyakit tersebut !
8. Sebutkan
dan Jelaskan asuhan keperawatan pada gangguan system kardiovascular :
a. IMA
(Infact Miokar Akut)
b. Angina
Pectoris
c. CHF
(Congestif Heart Failure)
Step 3
Jawaban
Step 2
1.
Fisiologi
Sistem Kardiovascular
A.
Sistem Kardiovascular
n Sistem
Konduksi à Kontraksi
otot-2 jantung secara spontan & ritmik.
Sifat-sifat :
1. Otomatisasi : impuls secara spontan
2. Ritmisasi : impuls secara teratur
3. Konduktivitas : menyalurkan impuls
4. Daya rangsang : menanggapi stimulasi
Karena sifat-sifat ini à menghasilkan secara spontan
& ritmis impuls yg disalurkan melalui sistem penghantar utk
merangsang miokardium & menstimulir
kontraksi otot.
n Sirkulasi
Koroner
Efisiensi jantung sbg pompa ~
nutrisi & oksigenasi.
Sirkulasi koroner à membawa O2
& nutrisi ke miokardium
Morbiditas & mortalitas infark
miokard ~ derajat gangguan fungsi mekanik ataupun
elektrik.
Urutan
normal
:
- Nodus Sinoatrial
- Jalur-jalur atrium
- Nodus AV
- Berkas HIS
- Cabang-cabang berkas
- Serabut Purkinje
Nodus SA
(sinoatrial)
- Pemicu
alami jantung
- Letak:
dinding post. A.Ka dekat muara VCS
- Jalur
antaratrium (berkas Bachmann) ®
mempermudah penyebaran impuls dari A.Ka ke A.Ki
- Jalur
internodal ® menghub.
nodus SA dgn nodus AV.
Nodus AV
(atrioventrikular)
- Letak:
septum interventrikularis dlm A.Ka dekat muara sinus koronaria
- Memiliki 2 fungsi:
a.
Menunda impuls jantung selama
0,08 – 0,12 detik guna memungkinkan
pengisian ventrikel selama
kontraksi atrium.
b.
Mengatur jumlah impuls atrium yg mencapai
ventrikel; biasanya tidak lebih dari 180
impuls/mnt.
Berkas His
Suatu berkas serabut
yg tebal yg menjulur ke bawah di sebelah
kanan septum interventrikularis. Berkas ini membelah menjadi cabang kiri
dan kanan.
Serabut
purkinje
Cabang-cabang tsb di
atas berakhir sbg jalinan serabut kompleks yg disebut sistem purkinje,
yg menyebar ke seluruh permukaan kedua ventrikel jantung. Terdapat susunan
sel-sel miokard (di luar sistem konduksi) ikut berperan dalam kecepatan
penyebaran impuls. Sel-sel ini dipisahkan oleh duktus interkalaris.
Dalam diskus ini terdapat tempat-tempat membran sel saling berdekatan ® neksus.
Neksus ini mempercepat transmisi rangsangan listrik.
B.
Aktivitas Listrik
- Gelombang
rangsang listrik tersebar dari NSA menuju miokardium untuk merangsang kontraksi
otot.
- Rangsangan
listrik (depolarisasi) diikuti oleh pemulihan listrik kembali (repolarisasi).
- Aktivitas
listrik à
perubahan permeabilitas sel à
pergerakan ion-ion melalui membran sel tsb.
- Ion
yang penting : K, Na, Ca.
- Kalium
à
ion intrasel utama
- Na
& Ca à
paling tinggi dalam ekstrasel.
5 Fase
Elektrofisiologi
1. Fase
istirahat (F4)
Sel > permiabel thd K+.
Bagian intrasel relatif (-) &
ekstrasel relatif (+) à
polarisasi
2.
Depolarisasi cepat (F0)
Sel > permiabel thd Na+.
Ekstrasel (-), intrasel (+)
3. Repolarisasi
parsial (F1)
Sesudah depolarisasi à inaktivasi mendadak saluran cepat Na+ à influx cepat ion Na+
à muatan
(+) intrasel agak berkurang à
repolarisasi
4. Plateau (F2)
Sesuai dengan periode refrakter absolut
miokardium. Tidak terjadi perubahan
muatan listrik. Gerakan Ca ke dalam sel
melalui saluran lambat sedikit demi
sedikit dan diimbangi dgn ion K keluar sel.
5. Repolarisasi cepat (F3)
Muatan K & Na ke dalam sel secara
lambat di-inaktifkan.
Permeabilitas K meningkat à
K ke luar sel à
intrasel (-), ekstrasel (+) à
repolarisasi cepat.
C.
Faktor Penentu Curah Jantung
Curah
jantung tergantung pada :
1.
Frekuensi Jantung (heart rate)
Parasimpatis à bradikardi (resting)
Simpatis à takikardi (heart disease)
2.
Curah sekuncup
(stroke volume)
a. Beban awal (preload)
b. Kontraktilitas
c. Beban akhir (afterload)
Hukum
Starling: peregangan serabut miokard selama diastol melalui peningkatan volume
akhir diastol à meningkatkan kontraktilitas pada saat sistolik.
2.
Anatomi
Sistem Kardiovascular
A.
Fakta Tentang Jantung
·
Jantung merupakan organ
pertama yang berfungsi (sekitar 3 minggu setelah pembuahan)
·
Dalam sehari rata-rata jantung berdenyut
100.000 kali (3 miliar kali sepanjang rentang usia
rata – rata manusia)
·
Dan memompa 8000 liter darah per hari.
Fungsi Jantung
Fungsi jantung adalah
sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah untuk menimbulkan gradien
tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke jaringan. Darah, seperti
cairan lain, mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah sesuai penurunan gradien tekanan.
Pembuluh Darah
·
Arteri : Transportai darah ke jaringan, dinding
kuat teregang saat sistol dan
rekoil saat diastol.
·
Arteriol : Cabang arteri dengan katup pengontrol
konstriksi dan dilatasi mengatur aliran darah kapiler.
·
Kapiler : Tempat pertukaran cairan dan nutrisi darah
dan ruang interstitial, dinding tipis dan permeabel.
·
Venul : Menampung darah dari kapiler.
·
Vena : Transportasi darah dari jaringan ke jantung
Dinding
pembuluh darah terdiri dari 3 lapis:
o Tunika
adventisia / tunika eksterna, merupakan lapisan paling luar
o Tunika
media, berupa jaringan otot polos
o Tunika
intima / tunika interna, berupa lapisan endothel
B.
Anatomi Jantung
Jantung
terletak di rongga dada tepatnya di mediastinum medialis sebelah kiri
Berat ±
250 – 360 gr
Ukurannya
± sebesar kepalan tangan
Ditutup
oleh lapisan pericardium yang mengikat jantung ke
Batas Jantung
Batas
jantung terhadap organ-organ disekitarnya:
Batas kiri
¡ Paru kiri
Batas
kanan
¡ Paru kanan
Batas
bawah
Diafragma
Batas depan
¡ Sternum
¡ Thymus
Batas
belakang
¡ Tulang
belakang
¡ Oesophagus
¡ Aorta
descenden
Batas atas
¡ Arkus
aorta
¡ Vena cava
superior
¡ Trakhea
Perikardium
Terdiri
dari 2 lapisan : pericardium visceralis dan pericardium parietalis
•
Jaringannya relatif tidak fleksibel.
•
Berisi cairan serous sebanyak 30-50mL diantara pericardium dan epicardium
•
sebagai pelindung
•
mencegah gesekan selama kontraksi
Ruang
Jantung
Jantung
mempunyai 4 ruang :
Atrium kanan
Ventrikel kanan
Atrium kiri
Ventrikel kiri
Atrium Kanan
Berdinding
tipis
Fungsi :
menampung darah dari sirkulasi sistemik untuk dialirkan ke ventrikel kanan dan
selanjutnya ke paru2
80% darah
dari atrium kanan mengalir secara pasif ke ventrikel kanan dan sisanya yang 20%
mengalir akibat kontraksi dari atrium kanan.
Ventrikel Kanan
Dindingnya
lebih tipis jk dibandingkan dengan vent. Kiri
Rongganya
berbentuk bulan sabit untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah guna
mengalirkan darah ke paru (sirkulasi pulmonal) melalui arteri pulmonal.
Katup Jantung
Berfungsi
untuk mempertahankan aliran darah agar berjalan searah lelalui bilik-bilik
jantung.
Ada 2
jenis :
¡ Katup
atrioventrikularis
¡ Katup
semilunaris (memisahkan a. pulmonalis dan aorta dari ventrikel yg
bersangkutan).
Katup Atrioventrikular
Daun
katupnya halus dan tahan lama
Katup
trikuspid :
¡ mempunyai
3 daun katup
¡ memisahkan
atrium dan ventrikel kanan
Katup
mitralis :
¡ Mempunyai
2 daun katup
¡ Memisahkan
atrium dan ventrikel kiri
Katup Semilunaris
Terdiri
dari 3 katup simetris yg menyerupai corong dan terikat pd anulus fribosus
Berfungsi
untuk mencegah darah mengalir kembali ke ventrikel.
Katup
aorta
(antara
ventrikel kiri dan aorta), diatas daun katup terdapat sinus valsava yg
merupakan muara dr arteri koronaria
Katup
pulmonal
(antara ventrikel kiri dan arteri pulmonal)
Vaskularis Jantung
Jantung
mendapat nutrisi dan oksigen melalui pembuluh darah jantung yaitu arteri
koronaria yang merupakan cabang langsung dr aorta ascenden yg bermuara di sinus
valsava.
Ada 2 buah
A. koronaria:
1.
A. Koronaria kanan
2.
A. Koronaria kiri, bercabang
menjadi 2 :
3.
A. desendens anterior kiri
4.
A. sirkumfleksa kiri
Kedua
arteri ini berjalan melalui celah anatomis jantung yaitu:
1.
Sulkus atrioventrikularis
2.
Sulkus interventrikularis
A.
Koronaria kanan menyuplai darah ke
-
Atrium kanan
-
Ventrikel kanan
-
Dinding inferior ventrikel kiri
A.
Sirkumfleksa kiri menyuplai darah ke
-
Atrium kiri
-
Dinding posterior lateral ventrikel kiri
A.
Descenden anter kiri menyuplai darah ke
-
Dinding depan ventrikel kiri
Vena Jantung
Vena
thebesia
Vena
kardiaka anterior
Sinur
koronarius dan cabang-cabangnya (paling penting) menyalurkan darah kembali ke
atrium kanan melalui ostium sinus koronarius di samping muara vena kava
inferior.
3.
Gangguan –
gangguan system Kardiovascular
Gangguan –
Gangguan pada system kardiovacular, antara lain :
1.
Infeksi Mononulkeose
Infeksi mononukleose adalah inflasi
akut jaringan limpapada usia dewasa muda 15 sampai dengan 25 tahun. Inveksi
disebabkan virus Epspein-Barr, yang dapat ditularkan melalui kontak mulut
misalnya selama berciuman.
2.
Perikarditis
Perikarditis merupakan suatu
inflamasi pada perikodium yang dapat terjadi secara akut maupun
kronis.Peradangan/inflamasi dapat disebabkan oleh berbagai virusmaupun bakteri,
penyakit neoplasma, trauma pembedahan,atau myocardialinfarction.
3.
Myocarditis Myocarditis
Adalah peradangan pada myocardium
yang dapat disebabkan oleh virus atau infeksi bakteri, reaksihipersensitifitas,
atau terjadi dengan endocarditis ataupericarditis.Gejala penyakit bersifat non
spesifik antara lainmenggigil, demam, anoreksia, nyeri dada, dispnea
dandisritme. Bila terjadi efusi pericardial akibat pericarditismaka dapat
menimbulkan bahaya terjadinya tamponed pericardial (kompres).
4.
Endokarditis
Infeksi endokarditis merupakan
peradangan endokardium atau katup-katup jantung. Penyakit ini diklasifikasikan
berdasarkan keganasan dan penyebab yaituendokarditis bakterial akut dan
endokarditis bakterialsubakut. Infeksi bacterial akut disebakan
olehstaphylococcus aureus, sedangkan subakut biasanyadisebabkan oleh
streptococusviriden atau staphylococcusaureus (jarang).
5.
Borok varises
Borok varises dapat berkembang lebih
dalam di sekelilingvarises menjadi vena yang statis dan kekurangan oksigenpada
sel-sel. Borok tersebut dapat di obati denganpembersihan yang teratur dengan
merendam basah dankering, pembalutan dengan karaya atau debridementdengan enzim
streptokinase, streptodonase (varidase) ataufibrinolisyn-desocyribonuclease
(elase).
6.
Cardiac syphilis
Cardiac syphilis merupakan
manifestasi dari syphilis padatahap ketiga. Fase ini biasanya terjadi 15 sampai
30 tahunsetelah infeksi. Katub aorta dan aorta merupakan bagianyang sering
terkena akibat terbentuknya plaque dan jaringan parut.
7.
Thrombophlebitis
Thrombophlebitis merupakan suatu
peradangan padavena. Istilah thrombosis vena lebih sering diartikan
sebagaisuatu keadaan penggumpalan darah yang terbentuk didalampembuluh darah,
sedangkan thrombophlebitis diartikansebagai inflamasi yang disertai dengan
pembentukanthrombus.
8.
Valvular Heart Disease
Valvula heart disease merupakan
penyebab daristenosis atau insufisiensi katu-katup jantung. Stenosis
terjadibila terjadi fibrose, klasifikasi ataupun gangguan katup. Tekanan
pada layar yang terkena meningkat karena adanya resistensi stenosis katup.
4.
Penyebab
Klien Sukar Tidur pada Malam Hari dan Kencingnya Berkurang
5.
Penyebab
Sesak Napas Saat Beraktivitas Ringan dan Berdebar – debar.
a. Sesak
Napas
Masuknya cairan ke dalam rongga paru-paru sehingga
mengganggu aliran udara dalam paru-paru. Penderita akan mengalami sesak nafas.
Penderita merasa sesak nafas pada saat melakukan kegiatannya, sedang jika
penderita sesak nafas saat istirahat (diam) berarti kategori sakit jantung
tingkat lanjut. Sesak nafas sering dialami pada posisi berbaring. Karena cairan
yang terkumpul di paru-paru mengalir ke jantung.
b.
Jantung Berdebar-debar (Palpitasi)
Jantung berdebar-debar tanda
sakit jantung adalah jenis debar yang bersamaan dengan gejala lain yaitu saat
seseorang kelelahan, sesak nafas dan nyeri di tubuhnya. Bukan jantung berdebar
saat nonton film atau ketakutan.
6.
Asuhan
Keperawatan
Nama : Tn “N”
Jenis Kelamin : Pria
Umur : 54 tahun
Klasifikasi
Data
|
||
No
|
Data
Subjektif
|
Data
Objektif
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Klien mengeluh
sesak napas saat beraktifitas ringan.
Klien mengatakan
bila batuk sering disertai dahak yang berbusa serta nyeri.
Klien mengatakan
sering berdebar – debar.
Klien mengatakan
sukar tidur pada malam hari dan kencingnya berkurang.
Klien mengeluh
pernah menderita penyakit yang sama sering kumat – kumatan sejak satu bulan.
Klien juga
mengatakan bahwa klien mempunyai riwayat Aneurisme
|
1. TTV :
T/D : 180/100 mmHg
P : 32x/m
N : 120x/m
S : 36,5
2. JVP
tidak meningkat
3. Atas
Inspeksi = Ictus Cordis bergeser ke lateral bawah.
4. Palpasi
= Ictus Cordis di ICS VI 2cm lateral kanan, di ICS VI Parasternal kanan.
5. Aukultasi
= S1 Meningkat, S2 Normal bising pansistolik di apeks dan menjalar ke
lateral.
6. Irama
gallop (+)
7. Paru =
Rachi Basah halus
8. Pemeriksaan
Abdomen : tidak ada Hepatomegali dan Ascites
9. Pemeriksaan
LAB
HB : 14
gr/dl
Serum
Ureum : 65
Serum
Kreatinin : 1,4
10. Pemeriksaan
EKG : LVH, LAH, Foto Polos = CRT 0,6 Apeks ke lateral bawah, kardiomegali,
pinggang jantung menonjol.
11. Analisa
gas darah : Asidosis metabolic terkompensasi, terdapat thrombus dan embolus.
|
·
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a.
Riwayat
Kesehatan Keperawatan
Keluhan Utama :
• Lemah beraktifitas
• Sesak nafas
Keluhan Utama :
• Lemah beraktifitas
• Sesak nafas
b.
Riwayat
Penyakit Sekarang :
• Batuk sering dsertai dahak yang berbusa
• Batuk sering dsertai dahak yang berbusa
• Nyeri
• Sering berdebar – debar
• Sukar tidur pada malam hari
• Kencing berkurang
c.
Riwayat
Penyakit Dahulu :
• Klien mempunyai riwayat Aneurisme
• Klien mempunyai riwayat Aneurisme
d.
Riwayat
Keluarga :
• Tidak ada
• Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
a.
Keadaan
Umum
Didapatkan kesadaran baik atau compos mentis dan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat.
Didapatkan kesadaran baik atau compos mentis dan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat.
ü Breating
• Terlihat sesak
• Frekuensi nafas melebihi normal
• Terlihat sesak
• Frekuensi nafas melebihi normal
ü Bleeding
• Inspeksi : adanya parut, keluhan kelemahan fisik, edema ekstrimitas.
• Palpasi : denyut nadi perifer melemah, thrill
• Perkusi : Pergeseran batas jantung
• Auskultasi : Tekanan darah menurun, bunyi jantung tambahan
• Inspeksi : adanya parut, keluhan kelemahan fisik, edema ekstrimitas.
• Palpasi : denyut nadi perifer melemah, thrill
• Perkusi : Pergeseran batas jantung
• Auskultasi : Tekanan darah menurun, bunyi jantung tambahan
ü Brain
• Kesadaran biasnya compos mentis
• Sianosis perifer
• Wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat
• Kesadaran biasnya compos mentis
• Sianosis perifer
• Wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat
ü Bladder
• Oliguria
• Edema ekstrimitas
• Oliguria
• Edema ekstrimitas
ü Bowel
• Mual
• Muntah
• Penurunan nafsu makan
• Penurunan berat badan
• Mual
• Muntah
• Penurunan nafsu makan
• Penurunan berat badan
ü Bone
• Kelemahan
• Kelelahan
• Tidak dapat tidur
• Pola hidup menetap
• Jadwal olahraga tak teratur
• Kelemahan
• Kelelahan
• Tidak dapat tidur
• Pola hidup menetap
• Jadwal olahraga tak teratur
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
Pemeriksaan
fototoraks : Dapat mengarah ke kardiomegali,corakan vaskuler paru menggambarkan kranialisasi,garis kerley
A/B,Infiltrat prekordial kedua paru,dan efusi pleura.
-
Fungsi
Elektrokardiografi (EKG) : Untuk melihat penyakit yang mendasari seperti infark
miokard dan aritmia.
-
Rongen
Dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi/hipertrofi bilik,atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan
peningkatan tekanan pulmunal.
-
Scan
Jantung(Multigatet Acquisition(MUGA)): Tindakan penyuntikan fraksi dan
memperkirakan pergerakan dinding.
-
Sonogram(Ekokardiogram,Ekokardigram
Dapple): Dapat menunjukkan dimensi, pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi / struktue
katup,atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
-
Enzim
Hepar:meningkat dalam gagal/kongesti hepar.
-
Elektrolit:mungkin
berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal,terapi terapeutik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Penurunan
kardiak output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard.
Rencana Intervensi :
Rencana Intervensi :
-
Kaji
dan lapor tanda penurunan curah jantung.
-
Periksa
keadaan klien ; kaji frekuensi dan irama jantung.
-
Catat bunyi jantung.
-
Palpasi
nadi perifer.
-
Pantau
dan catat haluaran urine.
-
Pertahankan
bedrest dengan kepala tempat tidur elevasi 30º
-
Berikan
istirahat dengan lingkungan yang tenang.
-
Berikan
oksigen tambahan
-
Kolaborasi
untuk pemberian obat
-
Pemberian
cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai indikasi, hindari cairan garam.
-
Pantau
EKG dan perubahan foto dada.
2.
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru sekunder perubahan membrane
kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial.
Rencana Intervensi :
-
Kaji
frekuensi, irama, bunyi dan dalamnya pernafasan.
-
Berikan
tambahan oksigen
-
Pantau
saturasi oksigen
-
Koreksi
keseimbangan asam basa.
-
Beri
posisi yang memudahkan meningkatkan ekspansi paru.
-
Latih
batuk efektif dan nafas dalam.
-
Kolaborasi
pemberian obat.
3.
Nyeri
berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner
Rencana Intervensi :
-
Catat
karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya dan penyebarannya
-
Anjurkan
untuk melaporkan nyeri dengan segera
-
Berikan
lingkungan yang tenang, aktifitas perlahan
-
Bantu
melakukan teknik relaksasi
-
Berikan
oksigen tambahan
-
Kolaborasi
pemberian obat anti nyeri.
4.
Penurunan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung
Rencana Intervensi :
-
Kaji
status mental klien
-
Kaji
warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer dan diaforesis secara teratur
-
Kaji
kualitas peristaltic kapan perlu pasang sonde.
-
Kaji
adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas
-
Ukur
tanda vital dan periksa laboratorium.
5.
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan kongesti vaskuler pulmonalis dan perpindahan
cairan ke ekstra vaskuler.
Rencana Intervensi :
-
Kaji
tekanan darah
-
Kaji
distensi vena jugularis
-
Timbang
BB
-
Beri
posisi yang membantu drainage ekstrimitas dan latihan gerak pasif.
-
Periksa
laboratorium
6.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan demand
oksigen.
Rencana Intervensi :
-
Catat
frekuensi jantung, irama dan perubahan TD sebelum dan sesudah aktifitas
-
Tingkatkan
istirahat dan batasi aktifitas
-
Anjurkan
menghindari peningkatan tekanan abdomen
-
Pertahankan
klien tirah baring
-
Evaluasi
tanda vital saat aktifitas
-
Pertahankan
penambahan O2 sesuai pesanan
-
Selama
aktifitas kaji EKG, dispnoe, sianosis, frekuensi dan pola nafas.
-
Rujuk
program rehabilitasi jantung.
7.
Cemas
berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
serta penanganan yang akan didapatkan.
Rencana Intervensi :
-
Kaji
tanda dan ekspresi verbal kecemasan
-
Temani
klien selama periode cemas
-
Orientasikan
klien terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan
-
Beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaan cemasnya
-
Lakukan
pendekatan dan komunikasi
-
Berikan
penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganannya
-
Kolaborasi
pemberian obat anti cemas.
8.
Risiko
kambuh berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perawatan gagal jantung.
Rencana Intervensi :
-
Diskusikan
mengenai fungsi normal jantung.
-
Jelaskan
manfaat diet rendah garam, rendah lemak dan mempertahankan berat yang ideal.
-
Jelaskan
kepada klien dan keluarga mengenai factor-faktor yang dapat meningkatkan risiko
kambuh.
-
Jelaskan
untuk memeriksa diri bila ada tanda-tanda kambuh.
-
Menyarankan
kepada keluarga untuk memanfaatkan sarana kesehatan dim masyarakat.
7.
Diagnosa Medis
Berdasarkan
Diagnosa keperawatan Klien terdebut maka Diagnosa Medis yang dapat diangkat
adalah “GAGAL JANTUNG KONGESTIF”.
Untuk memperkuat diagnosa maka dlm pemeriksaan fisik akan
menunjukkan :
-
Denyut nadi lemah dan cepat,
-
Tekanan darah menurun,
-
Bunyi jantung abnormal,
-
Pembesaran jantung,
-
Pembengkakan vena leher,
-
Cairan di dalam paru,
-
Pembesaran hati,
-
Penambahan berat badan yang cepat, dan
-
Pembengkakan perut dan tungkai.
·
Pengobatan
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan hidupnya.
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan hidupnya.
Pendekatannya dilakukan melalui 3 segi, yaitu
:
1)
Mengobati penyakit penyebab gagal jantung.
2)
Menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal
jantung.
3) Mengobati gagal jantung.
Ad. 1. Mengobati penyebab gagal jantung
a.
Pembedahan bisa dilakukan untuk :
-
Memperbaiki penyempitan atau kebocoran pada katup jantung
-
Memperbaiki hubungan abnormal diantara ruang-ruang
jantung
-
Memperbaiki penyumpatan arteri koroner yang kesemuanya
bias menyebabkan gagal jantung.
b.
Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.
c.
Kombinasi obat-obatan, pembedahan dan terapi penyinaran
terhadap kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
d.
Pemberian obat anti-hipertensi.
Ad. 2. Menghilangkan faktor yang memperburuk gagal
jantung
Merokok, garam, kelebihan berat badan dan
alkohol akan memperburuk gagal jantung. Dianjurkan untuk berhenti merokok,
melakukan perubahan pola makan, berhenti minum alkohol atau melakukan olah raga
secara teratur untuk memperbaiki kondisi tubuh secara keseluruhan. Untuk
penderita gagal jantung yang berat, tirah baring selama beberapa hari merupakan
bagian penting dari pengobatan. Penggunaan garam yang berlebihan dalam makanan
sehari-hari bisa menyebabkan penimbunan cairan yang akan menghalangi pengobatan
medis.
Jumlah natrium dalam tubuh bisa dikurangi
dengan membatasi pemakaian garam dapur, garam dalam masakan dan makanan yang
asin.
Penderita gagal jantung yang berat biasanya akan mendapatkan keterangan terperinci mengenai jumlah asupan garam yang masih diperbolehkan.
Penderita gagal jantung yang berat biasanya akan mendapatkan keterangan terperinci mengenai jumlah asupan garam yang masih diperbolehkan.
Cara yang sederhana dan dapat dipercaya untuk
mengetahui adanya penimbunan cairan dalam tubuh adalah dengan menimbang berat
badan setiap hari.
Kenaikan lebih dari 1 kg/hari hampir dapat
dipastikan disebabkan oleh penimbunan cairan. Penambahan berat badan yang cepat
dan terus menerus merupakan petunjuk dari memburuknya gagal jantung.
Karena itu penderita gagal jantung diharuskan
menimbang berat badannya setepat mungkin setiap hari, terutama pada pagi hari,
setelah berkemih dan sebelum sarapan.
Timbangan yang digunakan harus sama, jumlah
pakaian yang digunakan relatif sama dan dibuat catatan tertulis.
Ad. 3. Mengobati Gagal jantung
Prinsipnya adalah pencegahan atau pengobatan
dini terhadap penyebabnya.pengobatan tahap ini adalah secara medis dan
dilakukan oleh dokter.
8.
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Kardiovascular
(IMA, Angina Pectoris dan CHF)
A. INFARK MIOKARD AKUT
·
Pengertian :
Suatu keadaan infark / nekrose
/ kematian jaringan miokard oleh karena kurangnya suplay darah dan oksigen pada
miokard.
·
Disebabkan oleh :
1. Coronary arteri disease
2. Coronary arteri emboli
3. Kangenital à anomali arteri coronaria
4. Imbalans Oxygen supaly dan
demand myocard
5. Gangguan Hematologi à Anemia
·
Manifestasi Klinis dan Studi Diagnostik
Diagnosis didasarkan pada :
§ Riwayat sakit dada
§ Kelainan EKG
§ Peningkatan kadar enzim
·
Riwayat sakit dada yang khas :
1. Lokalisasi : Mid retrosternal antara epigastrium dan
rahang
2. Penjalaran : ke bahu kiri, punggung, leher, rahang dan
lengan kiri, kadang epigastrium
3. Sifat : nyeri yang hebat, seperti : rasa tertekan, berat,
diremas, ditusuk
4. Lamanya : > 30’, tidak hilang dengan istirahat atau
nitrat
5. Pencetus : pada waktu istirahat atau aktifitas
·
EKG
Injury dan myocard infark menyebabkan perubahan pada :
§
Gelombang Q à signifikan infark
§
Segmen ST à Elevasi
Gelombang T à meninggi atau menurun
Infark : S, T segmen dan
gelombang T dapat kembali normal, perubahan gelombang Q tetap ada (Q Patologi)
·
Tes Laboratorium :
1. Enzym
Cardiac iso-enzym menunjukkan kerusakan yang khas :
CK-MB, LDH, AST, SGOT
2. Leukositosis : 10.000 –20.000 m3 àInflamasi
3. Peningkatan BUN dan Creatinin à GFR menurun akibat penurunan cardiac output
4. Kholesterol à Resiko arteri sklerosis
·
Komplikasi :
1. DYSRHYTHMIA
- 40-50%
kematian miocard infark karena dysrhythmia
- Kerusakan
miocard à Gangguan sistem konduksi à AV Blok, SVT, VF
2. CARDIOGENIC
SHOCK
9% kematian miocard infark karena cardiogenic shock à 80% klien shock à Meninggal
3. TERAPI
OKSIGEN
4. PEMBATASAN
AKTIFITAS FISIK
Untuk menurunkan konsumsi O2
5. TERAPI
ANTIKOAGULAN
Heparin à menghentikan &
memperlambat pembentukan trombus
6. REVASKULARISASI
Trombolisis PTCA, CABG
7. REHABILITASI
CARDIAC
Untuk mencapai & mempertahanakan kesehatan yang
optimum
·
Diagnosa
keperawatan
1) Nyeri b/d tidak seimbang suplay dan demand oksigen
2) Cemas b/d nyeri dada, takut mati, lingkungan asing
3) Penurunan cardiac output b/d gangguan kontraktilitas
4) Intoleran aktifitas b/d insufisiensi oksigenasi, kondisi
efek dari bedrest
5) Resiko tinggi perdarahan b/d pemberian terapi
antikoagulan dan trombolitik
6) Gangguan perfusi jaringan (Miokard) b/d restenosis
coroner, perluasan infark
7) Tidak efektifnya koping individu b/d gangguan pola
tidur-istirahat, kurangnya support system, hilangnya kontrol diri
·
Perencanaan
Prioritas Keperawatan
1) Turunkan nyeri
2) Tururnkan kecemasan
3) Mempertahankan hemodinamik
stabil
4) Meningkatan toleransi aktivitas
5) Mencegah pendarahan
6) Mempertahankan perfusi jaringan
7) Memperkuat kemampuan koping
8) Meningkatkan kemampuan klien dan keluarga
·
Implementasi
Menurunkan Nyeri :
1.
Tindakan dilakukan hat-hati dan tenang
2.
Berikan terapi O2 sesuai instruksi dokter, ajarkan cara nafas efektif
3.
Kolaborasi untuk pemberian terapi :
ü
Morphine Sulfat à Nursing implikasi : hati-hati pada klien
dengan COPD, hipotensi dan dehidrasi
ü
Golongan Nitrat : Nitroglyserin à Nursing Implikasi : BP, HR, Rr, sebelum
pemberian à
Mencegah hipotensi
Menurunkan Kecemasan :
1.
Jelaskan alat, prosedur dan tindakan
2.
Ajarkan cara meningkatakan relaksasi, penurunan ketaegangan
3.
Observasi tanda-tanda peningkatan kecemasan
4.
Kolaborasi pemberian terapi (Antianxiety)
Mempertahankan Hemodinamik :
1.
Pantau hemodinamik secara berkala
Hipertensi :
Peningkatan O2 deman
Hipotensi :
Penurunan perfusi koroner
Perubahan pada ekstrimitas : Dingin, lembab
2. Pantau pernafasan & lapang paru : suara
abnormal, tanda gagal jantung à edema pulmonari
3. Pantau adanya aritmia yang mengancam jiwa,
misal : VF, VT, SVT, total AV blok à kenali & penanganan segera
Peningkatan Toleransi :
1. Ciptakan dan pertahankan lingkungan yang
nyaman
2. Jelaskan tujuan pembatasan aktifitas à menurunkan beban jantung, menurunkan
konsumsi oksigen
3. Lakukan program bertahap peningkatan
aktifitas à tidak terjadi komplikasi
Mencegah Perdarahan :
1.
Awasi tanda-tanda vital selama pemberian terapi anti koagulan /
trombolitik
2.
Awasi adanya hematom dan perdarahan
3.
Minimalkan penusukan vena dan arteri
4.
Evaluasi dan interpretasi hasil laboratorium : PT, Hematokrit, Hb, PTT
5.
Lakukan tindakan : menekan arteri/vena bila perdarahan terjadi
6.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Mempertahankan Perfusi Jaringan :
1.
Pantau tanda dan gejala iskemia : Chest pain, diaphoresis, hipotensi
2.
Laporkan secepatnya
3.
Beri Oksigen
4.
Rekam EKG 12 lead
5.
Persiapkan klien untuk tindakan emergency, misal : kateterisasi, operasi
CABG, PTCA, trombolitik
Menguatkan Kemampuan Koping :
1.
Dengarkan keluhan klien à memahami stressor dan ancaman yang dialami
2.
Bantu klien untuk mengembangkan sikap adaptif selama proses penyakit
3.
Manipulasi lingkungan untuk meningkatkan kenyamanan tidur dan istirahat
Meningkatkan Pengetahuan Pasien :
1.
Jelaskan tentang apa yang terjadi pada jantung
2.
Jelaskan cara menilai respon tubuh terhadap aktifitas à tanda dan gejala respon buruk : chest pain,
kelelahan sabgat, sesak nafas
3.
Ajarkan pola hidup yang sesuai dengan kondisi klien à aktifitas yang dianjurkan kebiasaan yang
harus dijauhi
4.
Jelaskan tentang : diet, terapi (nama, dosis, jenis, efek sampiang,
follow up teratur)
5.
Segera ke layanan kesehatan bila keluhan berkelanjutan
B.
ANGINA
PEKTORIS
·
Pengertian
Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis dimana pasien
mendapat serangan sakitdada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat
di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya
timbul paada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila
pasien menghentikan aktivitasnya.
·
Patofisiologi
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena
timbulnya iskemia miokard, karena suplai darah dan oksigen ke miokard
berkurang. Aliran darah berkurang karena penyempitan pembuluh darah koroner
(arteri koronaria). Penyempitan terjadi karena proses aterosklerosis atau spasme
pembuluh koroner atau kombinasi proses aterosklerosis dan spasme. Pada mulanya suplai darah tersebut walaupun
berkurang masih cukup untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat,,
tetapi tidak cukkup bila kebutuhan oksigen miokard meningkat seperti pada waktu
pasien melakukan aktivitas fisis yang cukup berat. Oleh karena itu sakit pada
angina timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas fisis misalnya sedang
berjalan cepat atau berjalan mendaki.
·
Etiologi
a.
Arterosklerosis.
b. Aorta insufisiensi
c. Spasmus arteri koroner
d. Anemi
berat
·
Pengkajian
Data spesifik yang berhubungan dengan nyeri yaitu:
a. Letak.
Nyeri dada, sternal/sub esternal pada
dada sebelah kiri menjalar ke leher,
rahang, lengan kiri, lengan kanan, punggung. Nyeri dapat timbul pada epigastrium,
gigi dan bahu.
b. Kualitas nyeri.
Nyeri seperti mencekik atau rasa berat
dalam dada terasa seperti di tekan benda berat.
c. Lamanya
serangan.
Rasa nyeri singkat
1-5 menit atau lebih dari 20 menit berarti infark.
d. Gejala
yang menyertai.
Gelisah, mual,
diaporesis kadang-kadang.
e. Hubungan
dengan aktivitas.
Timbul saat
aktivitas, hilang bila aktivitas dihentikan/istirahat.
Q Data
lain yang dijumpai:
a. Perilaku
pasien.
Perhatikan terjadinya diaphoresis, orang
dengan angina kadang terlihat memegang sternum pada waktu serangan.
b. Perubahan
gejala vital.
c. Perubahan
cardiac.
d. Pola
serangan angina.
·
Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektro
Kardio Gram.
b. Holter
Monitor.
c. Angiografi
Curone.
d. Stres
Testing.
e. Foto
Rontgen Dada.
f. Pemeriksaan
Laboratorium.
Yang
sering dilakukan pemeriksaan enzim; CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan
meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol LDH dan LDL. Trigliserida perlu
dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hyperlipidemia dan pemeriksaan
gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yang juga
merupakan factor resiko bagi pasien angina pectoris.
·
Diagnosa keperawatan
1) Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan:
- Menurunnya
aliran darah otot jantung.
- Meningkatnya
beban kerja jantung.
Tujuan:
-
Klien mengungkapkan perasaan
nyaman atau bebas dari nyeri atau
- Klien
melaporkan serangan nyeri dada menurun.
Intervensi
dan rasional
1.) Anjurkan
pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.
Rasional: Nyeri dan penurunan curah
jantung yang merangsang system saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar
norefinefrin, yang meningkatkan agregasi trombosit dan mengeluarkan tromboxane
poten pada yang menyebabkan spasme arteri koroner yang dapat mencetus,
mengakplikasi atau memperlama serangan angina memanjang. Nyeri tak bisa ditahan
menyebabkan respon vaso vegal, menurunkan tekanan darah dan frekuensi jantung.
2.) Kaji
dan catat respon pasien dan efek obat.
Rasional: Memberikan informasi tentang
kemajuan penyakit dan sebagai alat dalam evaluasi keefektifan intervensi dan
dapat menunjukkan kebutuhan perubahan
program pengobatan.
3.) Identifikasi
terjadinya pencetus, bila ada: frekuensi durasinya, intensitasnya dan lokasi nyeri.
Rasional: Membantu membedakan nyeri dada
dini dan alat dalam evaluasi kemungkinan
menjadi angina tidak stabil (angina stabil) biasanya berakhir 3 – 5 menit
sementara angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.
4.) Observasi
gejala yang berhubungan, misalnya dispnea, mual, muntah, pusing, palpitasi,
keinginan berkemih.
Rasional: Penurunan curah jantung (yang terjadi
selama episode iskemia miokard) merangsang system saraf simpatis/parasimpatis,
menyebabkan berbagai rasa sakit/sensasi dimana pasien tidak dapat
mengidentifikasi apakah berhubungan
dengan episode angina.
5.) Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan
atau lengan (khususnya pada
sisi kiri).
Rasional: Nyeri jantung dapat menyebar, contoh
nyeri sering lebih ke permukaan dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang
sama.
6.) Letakkan
pasien pada istirahat total selama episode angina.
Rasional: Menurunkan kebutuhan oksigen
miokard untuk meminimalkan resiko cedera jaringan/nekrosis.
7.) Tinggikan
kepala tempat tidur bila pasien napas pendek.
Rasional: Memudahkan pertukaran gas
untuk menurunkan hipoksia dan nafas pendek berulang.
8.) Pantau
kecepatan/irama jantung.
Rasional: Pasien angina tidak stabil
mengalami peningkatan disaritmia yang mengancam
hidup secara akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia atau stress.
9.) Pantau
tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina.
Rasional: Tekanan darah dapat meningkat
secara dini sehubungan dengan rangsangan
simpatis, kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi. Tachicardia juga
terjadi pada respon terhadap rangsangan simpatis dan dapat berlanjut sebagai
kompensasi bila curah jantung menurun.
10.) Temani
klien yang mengalami nyeri atau tampak cemas.
Rasional: Cemas mengeluarkan kotekolamin
yang meningkatkan kerja miokard dan dapat memanjangkan nyeri iskemi, dan adanya
perawat dapat menurunkan rasa takut dan ketidakberdayaan.
11.) Pertahankan
lingkungan yang nyaman, batasi pengunjung.
Rasional: Stress kerja.emosi
meningkatkan kerja miokard.
12.) Berikan makanan lunak, biarkan pasien istirahat
selama 1 jam setelah makan.
Rasional: Menurunkan kerja miokard sehubungan
dengan kerja pencernaan, menurunkan resiko serangan angina.
Q Kolaborasi
1.) Berikan
oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional:
meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/ mencegah iskemia.
2.) Berikan anti angina sesuai indikasi misalnya
(nitrogliserin; sublingual nitrosat, bukal atau tablet oral; sprei sublingual).
Rasional:
Nitrogliserin mempunyai standar untuk pengobatan dan pencegah nyeri angina
selama lebih dari 100 tahun. kini masih digunakan therapy anti angina
cornerstone. Efek cepat vasodilalator berakhir 10-30 menit dan dapat digunakan secara profilaksis untuk
mencegah serangan angina.
3.) Berikan
morfin sulfat.
Rasional: Analgesik narkotik poten yang
telah banyak memberi efek menguntungkan,
seperti menyebabkan vasodilatasi perifer dan menurunkan kerja miokard, dan mempunyai efek sedativ untuk menghasilkan
relaksasi, menghentikan aliran
kotekolamin,vasokontruksi dan selanjutnya efektif menghilangkan nyeri dan
berat. Morfin Sulfat diberikan IV untuk kerja cepat dan penutunan curah jantung mempengaruhi absorbsi
jaringan perifer.
4.) Pantau
perubahan seri EKG.
Rasional: Iskemia selama serangan angina
dapat menyebabkan depresi segmen ST atau peninggian dan inversi gelombang T.
seri gambaran perubahan iskemia yang hilang bila pasien bebas nyeri dan juga
dasar yang membandingkan pola perubahan selanjutnya.
C. GAGAL
JANTUNG KONGESTIF
·
Definisi
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang
berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan
pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
·
Pengkajian
Gagal
serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti
pulmonal dan sistemik. Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK
selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
1. Aktivitas/istirahat
-
Gejala: Keletihan/kelelahan
terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea
pada saat istirahat.
-
Tanda: Gelisah, perubahan
status mental misalnya: letargi, tanda vital berubah pad aktivitas.
2. Sirkulasi
-
Gejala: Riwayat HT, IM
baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung ,
endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
-
Tanda:TD; mungkin rendah
(gagal pemompaan), Tekanan Nadi ; mungkin sempit, Irama Jantung; Disritmia,
Frekuensi jantung; Takikardia, Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
posisi secara inferior ke kiri, Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik,
S4 dapat, terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah, Murmur sistolik dan diastolic,
Warna; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik, Punggung kuku; pucat atau sianotik
dengan pengisian, kapiler lambat, Hepar ; pembesaran/dapat teraba, Bunyi napas;
krekels, ronkhi, Edema; mungkin dependen, umum atau pitting khususnya pada
ekstremitas
3. Integritas
ego
-
Gejala: Ansietas, kuatir dan
takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial
(pekerjaan/biaya perawatan medis)
-
Tanda: Berbagai manifestasi
perilaku, misalnya: ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Eliminasi
- Gejala:
Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
- Gejala:
Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan signifikan,
pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi
garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
- Tanda:
Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum,
dependen, tekanan dan pitting).
6. Hygiene
- Gejala:
Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
- Tanda:
Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
- Gejala:
Kelemahan, pening, episode pingsan.
- Tanda:
Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
- Gejala:
Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada
otot.
- Tanda:
Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
- Gejala:
Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk
dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan
pernapasan.
- Tanda:
Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernapasan. Batuk:
Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa
pemebentukan sputum. Sputum; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal). Bunyi napas; Mungkin tidak terdengar. Fungsi mental; Mungkin
menurun, kegelisahan, letargi. Warna kulit; Pucat dan sianosis.
10. Keamanan
- Gejala:
Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi
social
- Gejala:
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
- Gejala:
menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya: penyekat saluran
kalsium.
- Tanda:
Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
·
Diagnosa
dan Intervensi Keperawatan
1. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan
inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan
structural.
Ditandai dengan :
? Peningkatan
frekuensi jantung (takikardia): disritmia, perubahan gambaran pola EKG
? Perubahan
tekanan darah (hipotensi/hipertensi).Bunyi ekstra (S3 & S4)
? Penurunan
keluaran urine
? Nadi
perifer tidak teraba
? Kulit
dingin kusam
? Ortopnea,krakles,
pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan
:
Klien
akan menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung, melaporkan penurunan
epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja
jantung.
Intervensi
:
? Auskultasi
nadi apical; kaji frekuensi, iram jantung. Rasional: Biasanya terjadi takikardi
(meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas
ventrikel.
? Catat
bunyi jantung. Rasional: S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa.
Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke serambi yang
disteni. Mur-mur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis katup.
? Palpasi
nadi perifer. Rasional: Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya
nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat
hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
? Pantau
TD. Rasional: Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat.
Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat
normal lagi.
? Kaji
kulit terhadap pucat dan sianosis. Rasional: Pucat menunjukkan menurunnya
perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekutnya curah jantung; vasokontriksi
dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit
sering berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
? Berikan
oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi
(kolaborasi). Rasional: Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard
untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk
meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan
kongesti.
2. Aktivitas
intoleran berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai oksigen. Kelemahan
umum, Tirah baring lama/immobilisasi.
Ditandai dengan :
? Kelemahan,
kelelahan, perubahan tanda vital, adanya disritmia, dispnea, pucat,
berkeringat.
Tujuan
/kriteria evaluasi :
Klien
akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri
sendiri, mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan
oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
:
? Periksa
tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator, diuretic dan penyekat beta. Rasional: Hipotensi
ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi),
perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
? Catat
respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea
berkeringat dan pucat. Rasional: Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan
segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan.
? Evaluasi
peningkatan intoleran aktivitas. Rasional: Dapat menunjukkan peningkatan
dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
? Implementasi
program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi) Rasional: Peningkatan
bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan.
Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung
tidak dapat membaik kembali.
3. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
Ditandai dengan :
? Ortopnea,
bunyi jantung S3, oliguria, edema, peningkatan berat badan, hipertensi, Ddstres
pernapasan, bunyi jantung abnormal.
Tujuan /kriteria evaluasi :
Klien akan mendemonstrasikan volume cairan
stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas,
tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada
edema, menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi :
? Pantau
pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional: Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi
ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat
ditingkatkan selama tirah baring.
? Pantau/hitung
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam. Rasional: Terapi diuretic
dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tibatiba/berlebihan (hipovolemia)
meskipun edema/asites masih ada.
? Pertahakan
duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut. Rasional:
Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH
sehingga meningkatkan diuresis.
? Pantau
TD dan CVP (bila ada). Rasional: Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan
kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru,
gagal jantung.
? Kaji
bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional: Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi
gaster/intestinal.
? Pemberian
obat sesuai indikasi (kolaborasi)
? Konsul
dengan ahli diet. Rasional: perlu memberikan diet yang dapat diterima klien
yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
4. Resiko
tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolus.
Tujuan /kriteria evaluasi :
Klien akan mendemonstrasikan ventilasi dan
oksigenisasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang
normal dan bebas gejala distress pernapasan, berpartisipasi dalam program
pengobatan dalam batas kemampuan/situasi.
Intervensi:
? Pantau
bunyi nafas, catat krekles. Rasional: menyatakan adnya kongesti
paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
? Ajarkan/anjurkan
klien batuk efektif, nafas dalam. Rasional: membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran oksigen.
? Dorong
perubahan posisi. Rasional: Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
? Kolaborasi
dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri. Rasional: Hipoksemia dapat
terjadi berat selama edema paru.
? Berikan
obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
5. Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Tujuan/kriteria evaluasi :
Klien akan mempertahankan integritas kulit,
mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi :
? Pantau
kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus. Rasional: Kulit beresiko karena
gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
? Pijat
area kemerahan atau yang memutih. Rasional: meningkatkan aliran darah,
meminimalkan hipoksia jaringan.
? Ubah
posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional: Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
? Berikan
perawatan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi. Rasional: Terlalu
kering atau lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan.
? Hindari
obat intramuskuler. Rasional: Edema interstisial dan gangguan sirkulasi
memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya
infeksi.
6. Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan
berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi
jantung/penyakit/gagal.
Ditandai dengan :
? Pertanyaan
masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang dapat dicegah.
Tujuan/kriteria
evaluasi :
? Mengidentifikasi
hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
? Mengidentifikasi
stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
? Melakukan
perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi
:
? Diskusikan
fungsi jantung normal. Rasional: Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat
memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
? Kuatkan
rasional pengobatan. Rasional: Klien percaya bahwa perubahan program pasca
pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat
yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
? Anjurkan
makanan diet pada pagi hari. Rasional: Memberikan waktu adequate untuk efek
obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
? Rujuk
pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi. Rasional: dapat
menambahkan bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan dirumah.
Step 4
Peta Konsep / MAPPING (SEMENTARA)
Fisiologi Sistem Penyebab Px
Sukar Tidur D.S-D.O,
Dx Kep.
Cardiovascular
dan
Renpra
Kencing
Berkurang
Anatomi
Sistem
Cardiovascular SISTEM
KARDIOVASCULAR
Diagnosa Medis
Gangguan
pada Penyebab
Px Askep
Gangguan
Sistem Sesak
Napas Sistem
Kardiovascular
Kardiovascular (
IMA, Angina
Pectoris,CHF)
Step
5
Pertanyaan
Tambahan
1. Mengapa
katup jantung mengalami penyempitan sehingga aliran darah mengalami hambatan ?
2. Menjelaskan
sistem saraf simpatis dan parasimpatis ?
Step
6
Jawaban
Step 5
1.
Penyempitan
Katup Jantung
M Definisi
Stenosis Katup Mitral (,i>Mitral Stenosis) merupakan penyempitan pada lubang katup mitral yang akan menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
Stenosis Katup Mitral (,i>Mitral Stenosis) merupakan penyempitan pada lubang katup mitral yang akan menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
M Penyebab
Stenosis
katup mitral hampir selalu disebabkan oleh demam rematik, yang pada saat ini
sudah jarang ditemukan di Amerika Utara dan Eropa Barat. Karena itu di wilayah tersebut, stenosis katup
mitral terjadi terutama pada orang tua yang pernah menderita demam rematik pada
masa kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik.
Di
bagian dunia lainnya, demam rematik sering terjadi dan menyebabkan
stenosis katup mitral pada dewasa, remaja dan kadang pada anak-anak.
Yang
khas adalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup mitral sebagian
bergabung menjadi satu.
Stenosis
katup mitral juga bisa merupakan suatu kelainan bawaan. Bayi yang lahir dengan
kelainan ini jarang bisa bertahan hidup lebih dari 2 tahun, kecuali jika telah
menjalani pembedahan.
Miksoma
(tumor jinak di atrium kiri) atau bekuan
darah dapat menyumbat aliran darah ketika melewati katup mitral dan menyebabkan
efek yang sama seperti stenosis katup mitral.
M Gejala
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan tertimbun di dalam paru-paru (edema pulmoner).
Jika seorang wanita dengan stenosis katup
mitral yang berat hamil, gagal jantung akan berkembang dengan cepat.
Penderita yang mengalami gagal jantung akan
mudah merasakan lelah dan sesak nafas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya
sewaktu melakukan aktivitas, tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam
keadaan istirahat.
Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman
jika berbaring dengan disangga oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak.
Warna semu kemerahan di pipi menunjukkan
bahwa seseorang menderita stenosis katup mitral.
Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat
menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke
dalam paru-paru.
M Diagnosa
Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan
fibrilasi atrium, dimana denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur.
Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar
murmur jantung yang khas ketika darah mengalir/menyembur melalui katup yang
menyempit dari atrium kiri.
Tidak seperti katup normal yang membuka tanpa suara, pada kelainan ini katup sering menimbulkan bunyi gemertak ketika membuka untuk mengalirkan darah ke dalam ventrikel kiri.
Tidak seperti katup normal yang membuka tanpa suara, pada kelainan ini katup sering menimbulkan bunyi gemertak ketika membuka untuk mengalirkan darah ke dalam ventrikel kiri.
Diagnosis biasanya diperkuat dengan
pemeriksaan:
-
elektrokardiografi
-
rontgen
dada (menunjukkan pembesaran atrium)
-
ekokardiografi (teknik penggambaran jantung dengan
menggunakan gelombang ultrasonik).
Kadang perlu dilakukan kateterisasi jantung
untuk menentukan luas dan jenis penyumbatannya.
Obat-obat seperti beta-blocker, digoxin dan
verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan
fibrilasi atrium.
Jika terjadi gagal jantung, digoxin juga akan
memperkuat denyut jantung.
Diuretik dapat mengurangi tekanan darah dalam
paru-paru dengan cara mengurangi volume sirkulasi darah.
Jika terapi obat tidak dapat mengurangi
gejala secara memuaskan, mungkin perlu dilakukan perbaikan atau penggantian
katup.
Pada prosedur valvuloplasti balon, lubang katup diregangkan. Kateter yang pada ujungnya terpasang balon, dimasukkan melalui vena menuju ke jantung. Ketika berada di dalam katup, balon digelembungkan dan akan memisahkan daun katup yang menyatu.
Pada prosedur valvuloplasti balon, lubang katup diregangkan. Kateter yang pada ujungnya terpasang balon, dimasukkan melalui vena menuju ke jantung. Ketika berada di dalam katup, balon digelembungkan dan akan memisahkan daun katup yang menyatu.
Pemisahan daun katup yang menyatu juga bisa
dilakukan melalui pembedahan.
Jika kerusakan katupnya terlalu parah, bisa
diganti dengan katup mekanik atau katup yang sebagian dibuat dari katup babi.
Sebelum menjalani berbagai tindakan gigi atau
pembedahan, kepada penderita diberikan antibiotik pencegahan untuk mengurangi
resiko terjadinya infeksi katup jantung.
M Pencegahan
Stenosis katup mitral dapat dicegah hanya
dengan mencegah terjadinya demam rematik, yaitu penyakit pada masa kanak-kanak
yang kadang terjadi setelah strep throat (infeksi tenggorokan oleh
streptokokus) yang tidak diobati.
2.
Sistem
Saraf Simpatis dan Parasimpatis
A. Sistem
Saraf Simpatis
Sistem saraf simpatis terbagi juga
menjadi dua bagian, yaitu saraf otonom cranial dan otonom sacral. Sistem saraf
ini berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut sarafnya,
letaknya didepan column vertebrae.
Sistem
saraf simpatis ini berfungsi untuk:
·
Mensarafi
otot jantung
·
Mensarafi
pembuluh darah dan otot tak sadar
·
Mempersarafi
semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus
·
Melayani
serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
·
Serabut
motorik pada otot tak sadar dalam kulit
·
Mempertahankan
tonus semua otot sadar
B. Sistem
Saraf Parasimpatis
Sistem saraf
parasimpatis, hampir sama dengan sistem saraf simpatis, hanya sistem kerjanya
saja yang berbeda. Jika saraf simpatis memacu jantung misalnya, maka sistem
saraf parasimpatis memperlambat denyut jantung.
Fungsi saraf
parasimpatis adalah sebagai berikut:
·
Merangsang
sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis dan
kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung
·
Mensarafi
kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung
·
Menpersarafi
kelenjar ludah
·
Mempersarafi
kelenjar parotis
·
Mempersarafi
sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT, ginjal, pancreas,
lien, hepar dan kelenjar suprarenalis
·
Mempersarafi
kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin
·
Miksi
dan defekasi
Step
7
Kesimpulan
A. Kesimpulan
Ä Anatomi
dan Fisiologi Jantung
Fakta Tentang Jantung
·
Jantung merupakan organ
pertama yang berfungsi (sekitar 3 minggu setelah pembuahan)
·
Dalam sehari rata-rata jantung berdenyut
100.000 kali (3 miliar kali sepanjang rentang usia
rata – rata manusia)
·
Dan memompa 8000 liter darah per hari.
Fungsi
Jantung
Fungsi
jantung adalah sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah untuk
menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke
jaringan. Darah, seperti cairan lain, mengalir dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah sesuai penurunan gradien tekanan.
Ä Gangguan
Sistem Kardiovascular
o Infeksi
Mononulkeose
o Perikarditis
o Myocarditis
Myocarditis
o Endokarditis
o Borok
varises
o Cardiac
syphilis
o Thrombophlebitis
o Valvular
Heart Disease
Ä Berdasarkan
Skenario di atas dan Askep kepada Klien di atas, maka diagnosa madis yang dapat
di angkat adalah “GAGAL JANTUNG
KONGESTIF”
Ä Gagal jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang
berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan
pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
Step
8
Peta
Konsep / MAPPING ( SEMPURNA)
Fisiologi Sistem
Kardiovascular
Kardiovascular
Anatomi Sistem
Kardiovascular
Kardiovascular
Gangguan pada Sistem Kardiovascular
Penyebab Px Sukar Tidur
Dan Kencing Berkurang
Dan Kencing Berkurang
SISTEM KARDIOVASCULAR
Penyebab Sesak Napas
dan Berdebar-debar
dan Berdebar-debar
DS-DO, Dx Kep,
Renpra
Renpra
Diagnosa Medis
Askep Gangguan Sistem Kardiovascular
(IMA, Angina Pectoris, CHF)
Step 9
Laporan Diskusi
q
Tanggal 30 Mei 2012, pukul 09:00 WITA;
Materi:
- membahas tentang;
Skenario
1
Klasifikasi
kata-kata asing
Klasifikasi
kata-kata kunci
Pertanyaan-pertanyaan
penting
q Tanggal
31 Mei 2012, pukul 08:00 WITA;
Materi:
- membahas tentang;
Jawaban
penyataan penting
Ø Fisiologi Sistem kardiovascular
Ø Anatomi Sistem Kardiovascular
q Tanggal 5 Juni 2012, pukul 09:00 WITA;
Materi:
- membahas tentang;
Gangguan
– gangguan sistem Kardiovascular
Penyebab
Klien sukar tidur dan Kencing berkurang
q Tanggal 6 Juni, pukul 09:00 WITA;
Materi: - membahas
tentang;
Penyebab klien
sesak napas dan berdebar – debar
Data Subjektif
dan Data Objektif, Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
q Tanggal 11 Juni, pukul 0 :00 WITA;
Materi: -
membahas tentang;
Diagnosa medis
Askep gangguan
pada sistem kardiovascular (IMA, Angina Pectoris, CHF)
q Tanggal 12 Juni 2012, pukul 0 :00 WITA
Materi : -
membahas tentang;
Pertanyaan
Tambahan
1. Penyebab katup jantung mengalami penyempitan
2. Sistem saraf simpatis dan parasimpatis
q Tanggal 14 Juni 2012, pukul 0 :00 WITA;
Materi: -
membahas tentang;
Peta konsep
(sementara)
Peta konsep
(sempurna)
Step 10
DAFTAR PUSTAKA
APrice,
Sylvia and M. Wilson, Lorraine. 1992. Pathophysiology Fourth Edition. Mosby
Year Book. Michigan
Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta. EGC.
Ignatavicius, Dona D and Bayna, Marylen V. 1991. Medical Surgical Nursing A nursing proces Aproach Edisi I. WB Saunders Company. Philadhelpia.
Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta. EGC.
Ignatavicius, Dona D and Bayna, Marylen V. 1991. Medical Surgical Nursing A nursing proces Aproach Edisi I. WB Saunders Company. Philadhelpia.
Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar